10 Langkah Memilih Saham Berkualitas
Bagaimana cara memilih saham berkualitas? Emiten mana yang bagus? Kalau harganya oke tapi perusahaannya meragukan terus gimana? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering hinggap di pikiran mereka yang akan atau baru berpartisipasi di pasar saham. Untuk itu, artikel ini akan membahas mengenai informasi-informasi penting yang perlu dihimpun sebelum Anda menanamkan investasi di saham suatu perusahaan. Penghimpunan informasi dalam rangka memilih saham berkualitas ini dilakukan melalui pengecekan sepuluh poin esensial berikut:
1. Kapitalisasi
Langkah pertama adalah mencari tahu seberapa besar emiten itu. Jangan hanya mengandalkan ingatan Anda saja, karena perusahaan besar belum tentu namanya ramah di telinga. Yang penting disini adalah memeriksa kapitalisasi pasar emiten. Kapitalisasi pasar bisa memberikan informasi terkait seberapa tinggi volatilitas harga saham, seberapa besar kepemilikan publik di emiten tersebut, serta potensi perusahaan ke depan. Misalnya, perusahan berkapitalisasi besar dan super besar cenderung memiliki aliran penerimaan lebih stabil dan volatilitas lebih rendah. Perusahaan mid-cap dan small-cap, di sisi lain, bisa jadi hanya melayani satu segmen pasar saja dan karenanya mengalami lebih banyak fluktuasi dalam hal harga saham dan pendapatan.
Tentu saja, kita belum bisa mengambil keputusan hanya dari langkah pertama ini saja. Ini baru langkah pertama bagi penyelidikan lebih lanjut. Ketika Anda mulai menelaah angka-angka penerimaan dan profit, misalnya, data kapitalisasi pasar akan memberikan sejumlah perspektif. Anda juga harus mengkonfirmasi fakta-fakta penting lainnya dalam pengecekan ini.
2. Tren Pendapatan, Profit, dan Margin
Saat menengok angka-angka dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi lebih baik diawali dengan melihat tren pendapatan, profit, dan margin (RPM).
Tengoklah tren pendapatan (revenue) dan net income selama dua tahun terakhir. Semua itu akan berhubungan dengan laporan kuartalan (dalam 12 bulan terakhir) dan laporan tahunan (tiga tahun terakhir). Selanjutnya, pengecekan singkat bisa dilakukan untuk mengetahui rasio price-to-sales (P/S) dan rasio price-to-earnings (P/E). Perhatikan tren terbaru pada kedua set data, apakah pertumbuhannya fluktuatif atau konsisten, atau apakah terjadi perubahan besar (lebih dari 50% dalam setahun) ke arah atas maupun bawah.
Margin juga harus diperiksa untuk melihat apakah tren-nya secara umum naik, turun, atau tetap sama saja. Informasi ini akan berperan penting pada langkah selanjutnya.
3. Kondisi Pesaing dan Industri
Setelah Anda mendapatkan gambaran tentang seberapa besar perusahaan dan berapa banyak pendapatannya, maka langkah berikutnya adalah membandingkannya dengan industri dimana perusahaan itu berada dan dengan pesaing-pesaingnya. Sebagian deskripsi sebuah perusahaan bisa ditengok dari dengan siapa ia bersaing. Dengan melihat siapa saja pesaing terbesar di setiap lini bisnis, Anda bisa mengukur seberapa besar pangsa pasar keseluruhan bagi produk-produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Informasi tentang pesaing bisa ditemukan bersama profil-profil perusahaan di daftar emiten dalam satu sektor. Dan jika Anda masih kurang yakin, maka Anda bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan meriset beberapa pesaing utama.
4. Penilaian Rasio
Setelah semua informasi diatas terkumpul, berikutnya adalah giliran menghitung Price Earnings Ratio (P/E) dan sejenisnya bagi perusahaan yang sedang Anda teliti dan para pesaingnya. Catatlah apabila ada kesenjangan yang cukup besar antar perusahaan di lini yang sama untuk dicermati lagi.
Rasio P/E bisa membentuk basis awal dalam penilaian di tahap empat ini. Perlu juga untuk diperhatikan angka net earnings selama beberapa tahun untuk memastikan angkanya normal dan tidak melejit karena mengalami perubahan drastis tertentu. Rasio P/E juga perlu diamati sembari membandingkannya dengan Rasio P/B (price-to-book-ratio) serta rasio dari perusahaan-perusahaan lain dalam satu industri. Karena kisaran angka rasio bisa berbeda antara satu industri dengan industri yang lain, maka
adalah penting untuk memantau angka rasio dari beberapa pesaing dalam industri yang sama.
Terakhir, kalkulasi Rasio PEG (price/earnings to growth ratio) akan memperhitungkan juga ekspektasi pertumbuhan earnings di masa depan dan membandingkanya dengan kondisi earnings saat ini. Saham dengan rasio PEG mendekati 1 biasanya dinilai cukup bernilai dalam kondisi pasar normal.
5. Kepemilikan Saham dan Manajemen
Apakah perusahaan yang Anda incar masih dijalankan oleh para pendirinya, ataukah manajemen perusahaan sudah digerakkan oleh orang-orang baru? Di perusahaan yang masih baru berdiri, biasanya pendiri atau rekan-rekannya masih memiliki posisi dalam perusahaan. Amati biodata tokoh-tokoh kunci perusahaan untuk melihat seberapa luas pengalaman mereka. Periksa juga untuk memantau apakah para pendiri dan manajer memegang banyak saham, dan berapa banyak. Anggaplah kepemilikan saham oleh manajemen teras perusahaan sebagai sesuatu yang positif, dan apabila kepemilikan itu rendah sebagai kemungkinan adanya masalah. Ini karena pemegang saham biasanya akan lebih dipedulikan apabila orang-orang yang menjalankan perusahaan juga memiliki kepentingan akan performa saham.
6. Laporan Keuangan
Perlukah investor mendalami seluk-beluk laporan keuangan sebuah perusahaan tempat ia ingin menanamkan dananya? Untuk pengamatan sekilas, sebenarnya melihat poin-poin tertentu saja sudah cukup. Tengok Laporan Keuangan Konsolidasi untuk melihat asset dan liability secara keseluruhan; perhatikan secara khusus kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek dan jumlah utang jangka panjang yang ditanggung perusahaan.
Perlu dicatat disini bahwa banyak utang belum tentu buruk; karena ini tergantung juga pada model bisnis perusahaan terkait. Beberapa perusahaan sangat padat modal, sedangkan perusahaan lain bisa jadi hanya membutuhkan sedikit karyawan dan perlengkapan untuk beroperasi. Lihatlah debt-to-equity ratio untuk melihat seberapa banyak ekuitas positif yang dimiliki perusahaan; bandingkan juga dengan data pesaing untuk mendapatkan perspektif yang lebih baik. Jika angka-angka total aset, liability, dan ekuitas berubah secara drastis dari satu periode ke periode berikutnya, cobalah untuk mengetahui mengapa terjadi begitu. Membaca footnote yang menyertai laporan keuangan dan laporan tahunan/kuartalan bisa memberi sedikit petunjuk tentang ini, misalnya jika perusahaan tengah bersiap-siap untuk meluncurkan sebuah produk baru, tengah mengakumulasi pendapatan, atau semata menghabiskan modal. Pengamatan ini selayaknya bisa memberikan perspektif yang lebih mendalam setelah Anda me-review tren profit terbaru.
7. Riwayat Harga Saham
Setelah semua pengamatan diatas, Anda tentunya perlu melihat riwayat harga saham. Sudah berapa lama saham emiten itu diperdagangkan di pasar? bagaimana pergerakan harga sahamnya, apakah naik-turun, ataukah mulus dan stabil? Faktor-faktor ini bisa memberi Anda petunjuk tentang bagaimana proyeksi profit yang bisa didapat, karena akan terefleksikan juga pada pergerakan harga saham di masa depan. Saham yang volatilitasnya tinggi biasanya memiliki banyak pemegang saham jangka pendek, yang mana hal ini bisa meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh investor.
8. Kemungkinan Adanya Options dan Dilusi
Pantau juga apakah emiten tersebut pernah menerbitkan options, melakukan dilusi, atau aksi lainnya yang kemungkinan mengubah komposisi kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Perlu diingat bahwa penerbitan options atau dilusi bisa berdampak besar pada harga saham jika Anda telanjur memilikinya.
10. Risiko
Jika Anda akan berinvestasi di pasar modal, maka Anda tentunya mengetahui bahwa bersama potensi profit ada potensi risiko. Oleh karena itu, pastikan bahwa Anda memahami risiko-risiko perusahaan dan industri dimana ia berada. Apakah ada masalah dengan regulasi? Bagaimana dengan manajemennya? Apakah perusahaan itu sering bergumul dengan gugatan terkait pencemaran, ataukah ia dikenal ramah lingkungan? Dalam perkembangan dunia terkini, apakah perusahaan itu punya kemampuan untuk unggul? Bayangkanlah skenario terburuk dan kemungkinan dampaknya pada harga saham.
Setelah semua poin diatas selesai diperiksa, apakah Anda merasa kurang mantap dan ingin mendalami lagi? jika ya, maka lakukan saja. Artikel ini pada dasarnya hanya menyediakan panduan sederhana bagi pemula. Mengikuti langkah-langkah ini bisa membantu Anda mencapai keputusan vital, tetapi hasil akhirnya terserah Anda. Investor berpengalaman biasanya me-review banyak peluang investasi sebelum menemukan sejumlah kecil saham berkualitas yang layak untuk diamati lebih lanjut. Jadi, jangan risau untuk mulai lagi dari awal bila setelah sampai di akhir ternyata perusahaan yang Anda incar tidak ideal.
Beberapa tips cara bermain saham :
* Perlakukan saham sebagai “human”, bukan dipahami semata-mata ”by the book” saja. Lihat juga orang-orang yang mengelolanya, pemain di belakangnya (market maker, player, follower) dan karakteritik masing-masing, baru kemudian masuk ke analisis dan tools yang digunakan.
* Jangan sepenuhnya percaya pada data-data keuangan, apalagi yang belum diaudit dan/atau belum disahkan oleh Bapepam. Indonesia adalah salah satu contoh emerging market, dan karakteristik utama dari pasar seperti ini adalah data yang seringkali unreliable. Jadi, tetaplah bersikap konservatif dan hati-hati.
* Ada baiknya Anda mulai dengan mengoleksi saham-saham blue chip yang turun harganya karena sentimen right issue. Tak apa, dalam waktu yang tidak terlalu lama, biasanya harganya segera terkoreksi dan merangkak naik. Return saham-saham blue chip biasanya average, tapi cukup layak untuk dipegang dalam jangka waktu lama.
* Anda juga bisa mengikuti aksi yang dilakukan para bandar. Bermainlah bisnis online sedikit dengan saham gorengan. Biasanya, saham ini tidak terlalu banyak peredarannya sehingga mudah dikatrol dan dipermainkan harganya. Ciri-cirinya, volume transaksi saham ini cukup besar dan nilainya turun tapi kemudian perlahan-lahan naik. Sekali lagi, hati-hati karena tren bisa segera berbalik dengan cepat dan gunakan hanya jika ada uang berlebih.
* Disiplin. Tetapkan batas atas dan batas bawah. Misalnya, 33% di atas dan 5% di bawah. Taati aturan itu dan jangan sekali-kali mengikuti nafsu dan emosi Anda. Kalau Anda berani mengambil resiko, tidak apa-apa tanpa cut loss, kecuali 1) Anda pakai margin, 2) harga saham sudah tergolong tinggi, dan 3) ketika Anda masuk, harga atau tren berbalik arah.
* Tekun dan geluti secara serius. Lakukan analisis dan review portofolio secara berkala. Saya sarankan untuk memegang tidak lebih dari 9 jenis saham saja. Fokus pada maksimal 3 saham dan hold 1-2 saham untuk tetap dipegang untuk satu tahun. Kemampuan manusia terbatas, jadi baiknya jangan terlalu greedy.
* Belajar fundamental ekonomi global dan emiten tertentu adalah suatu keharusan. Lebih baik lagi jika Anda juga mengikuti selalu berita nasional dan mengamati korelasinya dengan gerakan di bursa.
* Simak karakteristik unik bursa. Misalnya, biasanya ada kecenderungan naik sekitar April-Mei sebagai antisipasi publikasi laporan keuangan dan pembagian dividen (sell). Sebaliknya, pada bulan September-Oktober, biasanya kecenderungan turun karena sepi, tidak ada berita dan aktivitas (buy). Sementara pada akhir tahun ada kecenderungan naik, sebagai antisipasi window dressing dan menyambut january effect (sell). Pada bulan Februari-Maret, biasanya terjadi koreksi pasca window dressing dan january effect (buy). Begitu seterusnya.
* Broker juga manusia. Ajak mereka makan siang dan make friendship. Lakukan saja dengan tulus. Jangan pernah mengharapkan Anda akan mendapatkan insider information dari sini. Selain tidak etis, hal itu juga melanggar hukum (ilegal).
* Mohon bimbingan yang di atas. Percayalah bahwa banyak variabel yang berpengaruh tetapi berada di luar kendali kita. Di situlah peran tangan Tuhan berkuasa. Dan ketika Anda mendapatkan gain, jangan lupa sumbangkan sebagian dari apa yang Anda terima dan tetaplah bersikap rendah hati. Investor besar yang saya tahu rata-rata orang yang low profile, sederhana, dan tidak suka banyak bicara.
Informasi, analisis/strategi, sikap mental dan emosi, serta luck, tetap merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan Anda
ANALISA PER
PER adalah salah satu rasio yang paling dsering dipakai dalam analisa fundamental. Dan juga salah satu rasio yang menurut saya paling banyak disalah pahami oleh penggunanya. Salah menggunakan PER alhasil bukan cuan, malah loss yang didapat
Semua rasio keuangan seperti halnya pedang bermata dua, jika salah digunakan akan balik “menyerang” si pengguna. Oleh sebab itu kita disini harus bisa memahami PER dengan baik.
PER atau price to earning ratio adalah suatu rasio perbandingan antara harga saham dengan laba per saham . Atau sama dengan kapitalisasi dibagi dengan laba. Misal ada suatu perusahaan memiliki 1 miliar lembar saham, di tahun 2012 perusahaan tersebut untung 200 miliar, sementara harga per lembar saham nya adalah Rp. 2000, maka. Laba per saham = Rp. 200 miliar / 1 miliar lembar = Rp. 200 per saham, Sehingga PER akan menjadi Harga saham / laba per saham = Rp. 2000 per saham / Rp.200 per saham = 10x.
Kesalahan pemakaian PER :
PER kecil = murah = beli dan PER besar = mahal = jual/jangan beli
memang benar PER kecil itu berarti murah dan PER besar berarti mahal, namun PER hanya menggambarkan hal tersebut, PER tidak menggambarkan hal lain. PER kecil berarti murah, namun sesuatu yang murah tidak harus dibeli. PER 5x berarti anda membeli dengan 5 tahun laba, sementara PER 10x berarti anda membeli seharga 10 tahun laba.
PER tidak menggambarkan prospek , PER hanya menggambarkan kondisi saat ini
berarti misalnya anda membeli dengan PER 10x, maka dibutuhkan 10 tahun dengan asumsi pertumbuhan 0% agar harga beli anda sama dengan total laba yang dihasilkan. Namun rasio ini bisa salah jika pertumbuhan bukan 0%.
Misal Perusahaan A memiliki EPS Rp. 100 dan dihargai dengan harga RP. 1000 (PE 10x) dan growth 20% sementara Perusahaan B memiliki EPS juga RP. 100 dengan growth 0% dan dihargai dengan harga RP. 500, (PE 5x) manakah yang lebih murah??
Yang lebih murah saat ini jelas perusahaan B yang dihargai hanya dengan PE 5x. Namun kalau kita lihat lebih jauh lagi, jika membeli perusahaan B maka butuh 5 tahun untuk balik modal (laba yang terkumpul = harga beli). Sementara untuk perusahaan A,dengan asumsi growth 20% maka
Laba tahun 1 : 100
Laba tahun 2 = Rp. 100 + 20% = Rp. 120
Laba tahun 3 = Rp. 120 + 20% = Rp. 172
Laba tahun 4 = Rp. 120 + 20% = Rp. 207
Laba tahun 5 = Rp. 120 + 20% = Rp. 248
Laba tahun 6 = Rp. 120 + 20% = Rp. 298
Total laba 6 tahun = 1145
Laba tahun ke 7 Rp. 354
Total laba hingga tahun ke – 7 = RP. 1502
Sementara harga beli = RP. 1000 berarti dalam 6 tahun bisa lebih dari modal, sementara awalnya PE 10x harusnya perlu 10 tahun. Dan jika perusahaan A dan B dibandingkan dengan rentang waktu 7 tahun
maka perusahaan B dalam 7 tahun kumpulan Rp. 700, harga beli 500, berarti laba 200 atau 40% dari harga beli
Sementara perusahaan A dalam 7 tahun mengumpulkan Rp. 502 berarti laba 500 per saham atau 50% dari 1000 (harga beli)
bisa kita lihat bahwa perusahaan A dihargai pasar dengan PE yang lebih tinggi karena alasan yang jelas sebab di masa akan datang perusahaan A memiliki prospek yang lebih baik daripada perusahaan B. Sehingga seringkali perusahaan yang dihargai dengan PER yang tinggi juga memiliki prospek yang lebih baik daripada perusahaan dengan PER yang rendah.
Salah satu contoh kasus yang menarik adalah PER pada perusahaan komoditas, perlu diketahui keunikan pada perusahaan komoditas adalah perusahaan komoditas tidak bisa mengendalikan harga jual yang berarti ketika harga komoditasnya menguat maka harga jual mereka yang berarti juga revenue atau pendapatan perusahaan komoditas juga meningkat. Sebaliknya ketika harga komoditas turun, maka mau tidak mau mereka juga harus menjual dengan harga pasar. Jadi perusahaan komoditas tidak bisa mengendalikan harga jual.
Dan ini adalah pedang bermata dua, di satu sisi bisa menjadi keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan komoditas, di sisi lain juga bisa menjadi bumerang sebab ketika harga turun, perusahaan tidak bisa mengendalikan harga jual. Sehingga PER tidak bisa menjadi patokan pada perusahaan komoditas.
Sebab EPS pada perushaaan komodita
s bisa dengan cepat berubah, dan dengan berubahnya EPS berarti PER juga bisa berubah dengan cepat. Misal Tahun 2011 harga batubara $100 , EPS perusahaan batubara X misal 70, dengan harga 700, maka PER = 10x, tiba – tiba di 2012 harga batubara turun jadi 60,maka EPS perusahaan X bisa turun hingga hanya 35 sehingga PER di harga 700 melonjak menjadi 20x bukan 10x lagi. Sehingga harga saham X jatuh ke 350 mengikuti PER 10x.
Di 2013 tiba – tiba harga batu bara pulih ke 85 sehingga EPS naik lagi jadi 70,harga saham X pun bisa naik. Oleh sebab itu buat perusahaan komoditas apalagi batubara tidak bisa memakai PER sebagai patokan analisa fundamentalnya.
PER hanya bisa dipakai pada perusahaan – perusahaan yang cukup punya kuasa untuk mengendalikan dirinya sendiri , misalnya perusahaan konsumsi yang bisa mengendalikan harga jual sehingga ada kestabilan dalam laporan keuangan dan alhasil analis pun bisa menghitung PER dengan baik. Bahkan bukan hanya PER namun banyak rasio dalam analisa fundamental hanya bisa dipakai dalam kondisi yang stabil.
Teknik-teknik Konyol dalam Trading
Selama saya berada dalam dunia trading, beberapa kali saya pernah melihat teori trading yang ajaib cenderung konyol. Walaupun sejujurnya dulu ketika pikiran ini masih polos saya tidak menganggap hal itu sebagai sebuah kekonyolan tapi sekarang ketika wawasan dan pengalaman telah berkembang lebih luas, saya mulai menyadari bahwa teori dan teknik trading yang dulu saya ketahui dan beberapa saya pelajari ternyata konyol dan tidak masuk akal.
1. Prediksi Candle
Teori ini saya dapat dulu sekali ketika pertama kali mengikuti seminar trading di Bandung, yang mengadakannya adalah IB dari broker seseskyline ( saat ini sudah kabur brokernya ). saya mengetahuinya dari Sebuah grup trading di facebook, yang menjadi pembicaranya adalah salah seorang akun di grup tersebut yang terkenal dengan nama forex profit konsisten yang punya ciri khas OP nya "membatik" ( melakukan OP buy atau sell secara sporadis dalam waktu yang berdekatan sehingga membentuk banyak garis order di layar ). jujur dulu mah saya terpesona dengan "kehebatan" beliau membatik ini . back to seminar, jadi di seminar itu dibahas tentang bagaimana beliau ini mengambil keputusan OP. lengkapnya saya tidak begitu ingat apa saja yang disampaikan, tapi yang sampai sekarang nempel di kepala adalah konsepnya tentang candle yang akan terjadi selanjutnya apakah candle bull atau bear.
konsepnya adalah dengan mengacu pada candle di 1H dimana setiap menit nya terbagi dalam beberapa fase dan itu menentukan akan kemana candle setelah nya. jika dalam setengah jam candle sudah membentuk head dan tail bisa diprediksi bahwa candle selanjutnya akan sesuai dengan keadaan candle tersebut, maka untuk op nya tunggu sampai candle tersebut selesai dan op lah dengan acuan waktu setengah jam tersebut. konyol memang tapi karena dulu masih sngat hijau, manggut2 saja lah dengan teori tersebut. sekarang cuma bisa senyum kalau diingat lagi.
2. Pentol Korek
Salah satu teori trading berikutnya yang saya ingat setelah prediksi adalah teori pentol korek, lagi-lagi saya mendapatkanya dari social media dari seorang trader yang berasal dari jawa tengah saya pun sudah lupa namanya karena hanya berinteraksi lewat message. jadi ceritanya dia ini mempunyai satu grup trader yang sudah sering merilis teknik-teknik trading yang katanya sangat akurat. Hari itu kebetulan dia sedang merilis teknik terbaru nya namanya seingat saya seperti nama pahlawan jawa masa lalu. Saya pun tertarik dan ikut order karena saya pikir waktu itu harga nya murah dan banyak juga yang memberi testimonial yang positif.
Rupanya teknik yang dimaksud adalah teknik dengan menggunakan banyak sekali indikator dalam satu chart, sampai laptop yang saya gunakan hang ketika menjalankan lebih dari satu chart dengan kombinasi indikator yang digunakan nya. dari sekian banyak indikator yang digunakan, dia menggunakan indikator semaphor sebagai acuan utamanya yang memiliki bulatan angka 1, 2 dan 3 . teori dasarnya adalah buy ketika angka semapur ada di bawah dan sell ketika angka semapur ada di atas. Diri ini yang masih polos sempat percaya dengan teknik ini sampai beberapa saat.
beberapa saat kemudian saya sempat pula bertemu lagi dengan indikator ini dalam sebuah pelatihan online di tempat lain, memang sepertinya indikator semapor atau yang sering orang-orang sebut sebagai indikator pentol korek ini sangat efektif untuk membodohi para newbie. karena indi ini menciptakan ilusi trading itu mudah, hanya tinggal open posisi di nomer 1, 2 atau 3 saja tapi pada prakteknya nomor-nomor ini menipu trader karena dia akan berpindah-pindah ( repaint) posisi sampai ketemu posisi ilusi yang pas.
3.Jebakan Betmen
Teknik ini hampir mirip dengan teknik pentol korek, maksudnya mirip dari segi asal mula dan namanya, berasal dari grup facebook dan dinamai dengan nama-nama wali songo sehingga terlihat wah. Saya tidak sempat mempraktekan teknik ini karena waktu itu sudah terlalu muak dengan teknik--teknik sampah yang tidak kunjung mendatangkan hasil, dan saya melihat teknik jebakan betmen ini tidak beda jauh den
gan teknik2 sampah lain yang saya lihat.
Jadi tekniknya adalah dengan membuat jebakan Pending Order buy dan sell dengan jarak 10 pip dari harga running dengan ukuran order yang bertingkat ( ada jg yang tidak bertingkat ) per 10 pip sebanyak 10 order buy dan 10 order sell sehingga akan terlihat seperti sebuah jebakan yang akan menerkam kemanapun harga bergerak. Sekilas teknik ini terlihat super sekali karena kemanapun harga bergerak maka kita akan profit karena jebakan PO sudah menanti di atas bawah. Tapi pada prakteknya lebih banyak trader yang amsyong karena terkena jebakan sendiri alias senjata makan tuan ketika harga bergerak semaunya dan menerkam semua order buy dan sell nya sekaligus.
Yang lebih ngeri lagi si pembuatnya menjadikan teknik ini sebuah EA yang mana untuk mendapatkan EA nya harus daftar melalui IB brokernya dengan jumlah deposit tertentu. saya sempat melihat ratusan orang bergabung dan berbondong-bondong menggunakan EA ini, banyak yang kemudia melaporkan profit di grup itu tapi yang hancur pun ternyata jauh lebih banyak. si empu EA ini pun makin sering menampilkan screenshoot profit ratusan dollar yang diklaim sebagai hasil dari EA nya tersebut tapi belakangan semuanya terbongkar, profit tersebut ternyata berasal dari Komisi IB yang dia dapat dari orang-orang yang menggunakan EA nya yang secara sporadis melakukan banyak OP dalam sekali trading sehingga membuat dia mendapat banyak sekali Komisi yang dia pamerkan sebagai profit trading. miris.
4. Astro Trading
Teknik ini tidak sengaja saya temukan ketika iseng mempelajari berbagai macam teknik trading dan menurut saya ini adalah salah satu teknik yang benar-benar ajaib dan rumit. Inti dari teknik ini adalah melakukan trade berdasalkan astrologi, berdasarkan posisi objek-objek langit, menggunakan hitungan-hitungan astronomi yang sangat rumit. Tadinya saya berpikir ini hanya lelucon tapi semakin saya pelajari ternyata lumayan banyak yang menggunakan teknik ini bahkan orang indonesia pun ada yang memakainya.
Saya sempat mencoba menggunakan software yang digunakan untuk menghitung rumus-rumus dari astrotrade ini ( jujur saya lupa banget namanya ), harga software original nya mencapai harga 50 juta an tapi dengan sedikit kreativitas saya bisa menemukan versi bajakan nya dan mulai mencoba nya. Yang dilakukan oleh software ini adalah melakukan prediksi pergerakan harga berdasarkan variabel-variabel yang ditentukan oleh user, sumpah demi apapun softwarenya sungguh rumit perhitungan nya dan kita bisa memasukan berbagai jenis variabel pergerakan planet ke dalam rumusnya yang kemudian dikalkulasikan hingga membentuk berbagai macam garis di chart yang katanya adalah garis-garis itu adalah merupakan prediksi dari pergerakan harga di masa depan, super sekali.
Teori mereka adalah bahwa pergerakan objek langit mempengaruhi cara berpikir manusia di bumi dan pergerakan harga disebabkan oleh banyak manusia di bumi sehingga dengan mengetahui pergerakan planet tersebut tingkah polah manusia pun bisa diprediksi.
Sebenarnya yang mereka maksud dengan astro disini pasti lah astrologi bukan astronomi karena dalam astronomi tidak pernah terbukti bahwa pergerakan batu-batu di luar angkasa mempengaruhi sifat manusia jadi saya cenderung untuk skeptis dengan teknik ini dan merasa konyol pernah sempat mencobanya.
Kesimpulan :
sebenarnya masih ada banyak tenik-teknik konyol yang sempat saya temui tapi dari semuanya yang saya ingat dengan detail hanya ke 4 teknik diatas. Saya tidak tau apa di tahun 2016 ini ke 4 jenis teknik itu masih ada yang menggunakan atau tidak, saya sudah tidak peduli dan tidak lagi mencari-cari teknik yang aneh dalam trading.
Saya mohon maaf jika ada yang membaca tulisan ini kemudian merasa tersinggung karena teknik yang digunakan termasuk dalam ke 4 ini yang saya sebut konyol.
Kemudian bagi rekan yang membaca tulisan ini dan masih mencari teknik trading yang pas saya sarankan gunakan teknik yang umum digunakan trader-trader besar, karena harga digerakan oleh mereka para trader besar dengan memiliki acuan yang sama maka potensi kita untuk ikut dengan
trend jauh lebih besar dibanding dengan menggunakan teknik aneh-aneh hasil karangan trader indonesia. bukan maksud saya merendahkan teknik hasil karya indonesia tapi yang saya temui kebanyakan adalah teknik hasil mengarang bebas seperti 4 diatas itu, akan tetapi ada juga teknik yang bagus seperti tekniknya tokyo samurai yang intinya berpatokan pada pergerakan candle besar / candle bank. that's quite good teknik actually. Toh pada akhirnya teknikal itu tidak terlalu banyak berpengaruh besar pada kesuksesan trader, psikologis trader nya lebih menentukan keberhasilanya.
Akhir kata terima kasih, dan sukses selalu. :)
Jenis-Jenis Saham
Apakah Anda sudah mengenali jenis-jenis saham di bursa ? Kenali dan pahamilah berbagai jenis saham sebelum Anda menginvestasikannya. Dengan demikian Anda tidak salah mengambil keputusan dalam memiliki saham yang sesuai dengan karakteristik resiko dan tujuan investasi Anda.
Jenis-jenis saham berdasarkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
Kapitalisasi Pasar adalah harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar di pasar. Suatu saham yang berkapitalisasi besar biasanya lebih likuid atau mudah diperjualbelikan di bursa. Berdasarkan kapitalisasinya, jenis-jenis saham dikategorikan menjadi :
# Saham Unggulan atau Papan Atas (Blue Chip - big cap)
Saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar diatas Rp. 40 triliun. Selain berkapitalisasi besar saham-saham ini juga tergolong blue chip, yaitu saham perusahaan besar dengan kinerja dan fundamental yang baik, dikelola dengan professional, bergerak pada bidang industri yang dibutuhkan banyak orang, dapat mencetak untung besar dan rutin membagikan dividen. Saham ini fundamentalnya kuat dan tidak mudah digoreng oleh bandar karena kapitalisasi pasarnya besar dan jenis saham ini juga layak dimiliki untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan saham lain.
# Saham Lapis Kedua (Second Layer – medium cap )Saham-saham perusahaan yang lebih kecil dari saham blue chip. Kapitalisasi pasarnya antara Rp. 1 triliun sampai Rp. 40 triliun. Pergerakan harga saham lapis kedua biasanya berfluktuatif dan fundamental perusahaan cukup baik, tetapi masih dalam tahap prospek berkembang. Beberapa saham lapis kedua juga tidak begitu likuid dan rentan terhadap aksi goreng-menggoreng di bursa.
# Saham Lapis Ketiga (Third Layer – small cap)
Saham-saham jenis ini memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang amat kecil, yaitu dibawah Rp. 1 triliun. Jenis saham ini juga sering dikenal sebagai saham tidur dan sedikit orang yang memilikinya
.
Jenis-jenis saham berdasarkan LIKUIDITAS saham.
Mudah atau tidaknya Anda membeli atau menjual saham ditentukan oleh likuiditas saham tersebut. Berdasarkan likuiditasnya, karakter saham dapat dikategorikan menjadi :
* Saham berlikuiditas tinggi *
Jenis saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan mempermudah investor untuk membeli dan menjual saham tersebut. Umumnya saham-saham yang termasuk dalam kategori ini adalah saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar (big cap) dan fundamental yang bagus, tetapi tidak semua saham yang fundamentalnya bagus memiliki likuiditas yang tinggi.
* Saham musiman (cyclical stock) *
Saham jenis ini akan bergerak aktif apabila ada peristiwa tertentu yang mempengaruhi kondisi bisnis emiten tersebut, baik itu peristiwa politik, ekonomi, hari raya keagamaan, liburan sekolah.
* Saham tidur *
Saham ini tingkat likuiditasnya sangat rendah. Umumnya saham ini akan bergerak apabila ada aksi korporasi (corporate action) atau berita yang terkait dengan eksistensi emitennya. Informasi yang ada mengenai perusahaan tersebut biasanya hanya berupa rumor, tapi pergerakan harga sahamnya dapat sangat drastis. Saham ini sering kali menjadi sasaran empuk bagi para Bandar dalam aksi goreng-menggoreng.
Jenis-jenis saham berdasarkan KEPEMILIKANNYA.
# Saham Biasa (Common Stock) #
Sebagian besar saham yang beredar di bursa adalah saham umum. Pemilik saham ini akan menerima dividen jika perusahaan memperoleh laba dan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setuju mengenai adanya pembagian dividen tersebut. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang saham biasa ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan paling akhir setelah semua kewajiban atau hutang pada pihak lain sudah dilunasi.
# Saham Preferen (Preferred Stock) #
Jenis saham ini memberikan dividen kepada pemegang sahamnya secara pasti. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang saham preferen ini ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa. Umumnya besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham peferen ini sudah ditetapkan.
Agar terhindar dari kerugi
an yang besar dalam berinvestasi saham, Anda harus cermat dalam memilih saham-saham yang akan dibeli. Anda harus mengenali dan memahami terlebih dahulu jenis-jenis saham yang ada di bursa.
Selepas mengikuti training dari trainer lokal selama dua hari pada bulan Agustus tahun lalu, seorang teman yang jadi peserta, saya “interogasi” perihal money management (MM) yang diajarkan. Sang kawan mengatakan kurang lebih sama seperti yang disampaikan di Youtube. Ketika saya minta link-nya, dia mengatakan, “Googling aja, cukup populer kok!” Dengan antusias saya memburu link tersebut melalui search engine terbaik dan “Eureka!” saya mendapatkannya.
Kenapa MM begitu penting bagi saya, bukan hal-hal teknikal lainnya seperti garis support-resistance, candle, Fibo dan semacamnya, karena MM berkorelasi langsung kepada portofolio. Seseorang bisa saja jago stock pick atau ia mendapatkannya melalui situs berbayar, tahu entry dan exit atau cut loss (CL) level, belum tentu akan meningkatkan nilai portofolionya.
Katakanlah ia memiliki winning rate 70% yang berarti 7 dari tiap 10 trade yang dilakukan berhasil dan hanya 3 gagal, boleh jadi malah membuat portonya semakin melorot. Ketakutan ketika sudah untung lalu buru-buru merealisasikannya ditambah kesabaran ketika rugi lalu membiarkannya adalah faktor psikologis yang “ngefek banget” kepada nasib portofolio.
Hitung saja, jika tiap untung menghasilkan Rp 500.000 namun saat rugi menderita Rp 1.2 juta maka hasilnya akan negatif. Walau 7 kali 7 untung dari 10 trading.
Usai menonton Youtube berdurasi 5:49 termaksud berkali-kali, bahkan saya tonton sekali lagi saat sedang menulis ini, maka saya mendapatkan “uhuy” 4 aturan yang terang benderang, unik, dan cukup menarik. Di situ beliau menggunakan dua istilah; money management dan portfolio management, berganti-gantian, yang tampaknya dimaknai sama. Empat aturan itu adalah:
1. *Aturan saham vs cash = 50:50.*
Tujuannya 50% cash digunakan ketika market tidak sesuai dengan analisa Anda dan turun dalam. Cash tersebut dapat digunakan untuk buy on weakness (BOW) atau value investing.
2. *Aturan 10-15%.*
Ini adalah porsi per saham sehingga hanya boleh membeli 3-5 saham agar tak melampaui 50%. Jika terlalu banyak saham membuat Anda tidak fokus terhadap saham-saham tersebut.
3. *Aturan 20-25%.*
Besaran ini adalah alokasi per sektor.
So, “Orang yang memiliki money management atau portfolio management yang baik akan survive lebih lama dibanding orang yang tidak melakukan,” tukasnya.
4. *Aturan 5%.*
Angka 5% adalah batasan resiko. "Resiko sebaiknya sepertiga dari potensi reward," tukasnya. Jika modal Rp 100 juta maka resiko paling banyak untuk sebuah saham adalah Rp 5 juta (5%).
“Demikian sekilas tentang portfolio management atau tips-tips money management di dalam investasi dan trading saham,” katanya menyudahi nasihatnya.
Dalam artikel ini, saya ingin berterima kasih kepada sang trainer karena telah berbagi ilmu melengkapi ilmu saya yang sedikit.
Namun, saya masih penasaran apa yang mendasari angka-angka dalam atur-aturan itu. Apakah berdasarkan riset dengan data masa lalu yang cukup banyak atau memang demikian keyakinan beliau dan mungkin sudah terbukti efektif dalam membangun portofolio.
DR. Alexander Elder hanya memiliki 2 rule; rule 2% dan rule 6% begitu juga William O’Neil juga memiliki 2 aturan 7-8% dan 20-25%. Karya anak negeri menawarkan 4 aturan, tentu menarik dan terlihat lebih komplit.
Mari kita aplikasikan untuk kapital Rp 100 juta.
1. Saham vs Cash = 50 juta : 50 juta.
2. Aturan 10-15% per saham. Dibelanjakan untuk 3, 4, atau 5 saham. Jika alokasinya setara maka per saham menjadi sebagai berikut:
a. 3 saham @ Rp 16.6 juta (16.6% dari total)
b. 4 saham @ Rp 12.5 juta (12.5% dari total)
c. 5 saham @ Rp 10 juta (10% dari total)
Walaupun rentangnya 10-16.6% melebihi 10-15% saya anggap ini hanya masalah pembulatan saja. Dan masih ok dalam penerapan.
3. Aturan 20-25% per sektor.
a. Jika 3 saham yang dibeli maka ketiganya harus di sektor yang berbeda karena 2 saham saja sudah menghabiskan 33% lebih alokasi modal dan akan melanggar aturan.
b. Jika 4 saham @ 12.5% maka maksimum 2 saham di antaranya boleh satu sektor (2x 12.5%).
Cup and handle pattern
Pattern ini yg sering kita gunakan dichannel ini.
Cup dan Handle merupakan salah satu pola kelajutan. Seperti namanya pola ini membentuk cup atau cangkir yang mirip dengan huruf U dan peganganya berupa harga turun.
Pola Cup and Handle merupakan pola kontinyu bullish yang pertama kali diidentifikasi oleh William O’Neil di buku How to Make Money In Stock : A Winning System In Good Times And Bad yang sekarang sudah di edisi ke 4.
Pada pola Cup and Handle, bentuk U yang panjang dan membulat adalah tanda atau sinyal positif untuk trend bullish. Menariknya pola ini muncul pada grafik baris, batang dan candle serta grafik Point and Figure. Ini merupakan pola jangka panjang dan lebih sesuai dengan timeframe yang lebih lama.
Bentuk Cup (cangkir) ini terbentuk ketika harga turun dengan pelan dan naik kembali dengan pelan. Sedangkan bentuk pegangan cangkir merupakan trading range atau area konsolidasi yang berkembang setelah bentuk cup selesai.
Biasanya pola Cup and Handle ini terbentuk ketika harga sedang berusaha mencoba menembus titik tertinggi (level high) namun gagal. Karena itu harga mulai berkonsolidasi dan bergerak relatif datar. Pada saat harga mendekati puncak tertingginya,(pola cangkir) harga sedikit terkoreksi baru setelah itu harga kembali naik. Pola cup and handle memberi sinyal entry buy, saat harga menembus resistance yang terbentuk di atas cangkir.
Tinggi cup juga bisa menjadi setup target ketika terjadi breakout handle dan menyempurnakan polanya dengan sempurna